Tuntut Kejelasan Ganti Rugi, Warga Perwakilan Sembilan RT di Anak Petai Datangi PT BGP
Sriwijaya News-, PRABUMULIH ,Pelaksanaan kegiatan pekerjaan eksplorasi seismik yang dikerjakan oleh Subcont Seismik 3D Chriysant PT. Bureau Geophysical Prospecting (BGP) di kota Prabumulih kembali disoal warga.
Kali ini , Puluhan warga dari sembilan RT ( Rukun Keluarga ) di Kelurahan Anak Petai , Prabumulih Utara Kota Prabumulih yang tidak puas terhadap proses ganti rugi menyampaikan aspirasinya langsung ke pihak PT BGP.
Ketua Rt.2 Rw. 3 Kelurahan Anak Petai , Mat Suan menjelaskan ada sekitar 115 rumah warga diwilayahnya yang rusak dan saat ini belum ada pembayaran ganti rugi.
Sedangkan Ketua Rt 1 Rw 2 Sufinah mengatakan kedatangannya bersama rekan-rekan ke PT BGP sebagai wakil masyarakat untuk menuntut kejelasan terkait nominal ganti rugi dan kapan kepastian pembayaran dilakukan.
" Tadinya ingin datang semua, karena masih suasana pandemi, kami sepakat untuk mengirimkan perwakilan dari tiap RT . Dari RW 1 ada dua RT , RW 2 ada lima RT dan RW tiga ada dua RT, jadi warga yang datang perwakilan dari tiga RW dan sembilan RT , tegasnya.
Menurut Sufinah , ada sekitar 100 rumah warganya yang mengalami kerusakan dan. hingga kini belum ada kepastian terkait pembayaran kompensasi ganti rugi.
" ini belum termasuk sumur bor dan industri usaha batubata , dan saat pendataan kami hanya di sodori berkas kosong dan di suruh tandatangan, jadi tidak tahu nominalnya, " katanya.
Perwakilan warga disambut Humas PT BGP Jumadi di messnya di Komplek Pertamina Prabumulih. Namun sayangnya, Perundingan antara kedua belah pihak berjalan alot dan belum bisa menemukan solusi terbaik.
Sementara terkait tuntutan warga Kelurahan Anak Petai ini , Humas PT BGP Jumadi menyebut bahwasannya pihaknya belum bisa memastikan kapan pembayaran ganti rugi warga Anak Petai akan dilakukan.
" Diperkirakan pembayaran akan dilakukan pada akhir Februari tahun ini, namun kami belum bisa memastikan,mengingat kami hanya kontraktor Pelaksana.," ujarnya.
Untuk ganti rugi yang dianggap tidak sesuai , sambungnya , pihak warga bisa mengajukan keberatan dan selanjutnya akan dilaporkan ke Pertamina.
" Untuk laporan yang tidak sesuai akan kita laporkan ke Pertamina ," terangnya.
Sementara itu, Arthur Kaunang , salah satu perwakilan warga kepada media mengaku belum puas dengan hasil pertemuan lantaran pihak BGP hanya melontarkan janji untuk melaksanakan pembayaran kompensasi ganti rugi sekitar akhir februari 2022.
" Tentu saja kami kecewa dan merasa tidak puas karena pertemuan ini kami nilai belum ada hasil. Pihak BGP hanya janji bayar sekitar akhir bulan februari ini , mereka tidak bisa memastikan. Ketika kami minta perjanjian dituangkan secara tertulis , Pak Jumadi tidak mau , " sesal Arthur didampingi perwakilan warga lainnya ,Romli dan Sudianto .
Menurut Arthur alasan PT BGP kekurangan personil dan hampir mendekati pinalti merupakan bukan alasan fundamental.
" Semestinya jika jadwal pekerjaan sudah mepet , mereka tambah lagi pekerjanya.," beberapa kepada media , Selasa (08/02/22).
Selanjutnya kata Arthur, mungkin masyarakat yang kurang puas akan menyampaikan keluhan ke Pertamina.
" Apalagi pak Jumadi katanya hanya bisa menampung keluhan warga , tidak bisa memutuskan. Jika seperti ini nanti bisa molor lagi dan lagi, " ungkapnya.
Diakhir Arthur berharap agar kondisi rumah yang rusak agar lekas diperbaiki demi mencegah terjadi hal fatal yang tidak kita inginkan.
Kami ingin rumah lebih cepat diperbaiki karena takutnya terjadi hal fatal yang tidak diinginkan sehingga bisa menimbulkan korban jiwa.
" Jika rumah ada yang roboh menimpa anak , kan pasti ada korban jiwa," tandas nya.
Posting Komentar